Plato : Biografi,Pemikiran,dan Karyanya

Plato | Biografi, Pemikiran, dan Karya

Biografi Plato

Plato adalah salah satu filsuf paling terkenal,ia merupakan murid dari Socrates,dan salah satu murid adalah Aristoteles.
Lahir di Athena pada tahun 427 SM. Plato berasal dari salah satu keluarga Aristokrat Athena,ayahnya Ariston disebut – sebut sebagai keturunan dari Raja Codrus yang sangat melegenda.
Sementara keluarga dari ibunya Perictione juga  termasuk keluarga yang sangat menonjol dalam sejarah.
Setelah kematian ayahnya,ibunya menikah lagi dengan Pyrilampes,seorang duta besar Athena untuk Kerajaan Persia.
Informasi – informasi mengenai keluarga plato dapat kita temukan dalam dialog – dialognya yang ia gambarkan dengan sangat baik.
Sedangkan otobiografi mengenai kehidupan plato sebagian besar dapat kita ditemukan dalam Seventh Letter.
Singkatnya setelah melakukan perjalanan dari Syracause,ia kembali ke Athena.
Disana ia mendirikan sekolah yang diberi nama The Academy, Plato mulai berkumpul bersama – sama muridnya dan meneliti berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti matematika,filsafat dan lain sebagainya.
Dan ia mengakhiri kehidupan diakademinya dan diundang oleh Dionysus II untuk melakukan perjalanan kembali ke Syracause atas permintaan Dion,sahabat baiknya tersebut.
Menurut Diogenes,Plato tak lama kembali lagi ke akademi,Meninggal pada 347 SM dan dimakamkan di sekolah yang ia dirikan tersebut,namun makamnya belum ditemukan oleh penyelidikan arkeologis.

Pemikiran Plato

Dialog – Dialog Awal

Meskipun kita tidak mengetahui secara pasti urutan krologis dialog – dialog plato.
Pada umumnya orang – orang akan memulai dengan dua dialog yang berkaitan dengan percobaan dan kematian Socrates dalam dialog Apology dan Crito.
Kemudian dilanjutkan dengan dua dialog pendek lainnya yaitu Ion dan Hippias Minor.
Lalu banyak sarjana yang kemudian meletakkan Gorgias sebagai dialog yang selanjutnya.
Dari kelima dialog tersebut terlihat bagaimana plato menggambarkan keprihatinannya terhadap filsafat,pada saaat yang sama belum terlihat plato menggambarkan hal – hal yang berkaitan dengan metafisika dan epistemologinya dalam kelima dialog tersebut.
Dialog Gorgias sendiri berisi mengenai uraian plato mengenai doktrin – doktrin moral Socrates yang ia sistematiskan agar bisa bertahan dengan kuat saat melawan kritik yang datang dari anti moralis.
Sedangkan dalam dialog Crito,plato berbicara mengenai prinsip moral Socrates yang mendasari bahwa pada dasarnya setiap orang seharusnya tidak pernah bertindak tidak adil,dan tidak pernah mengembalikan yang salah kepada yang salah.
Dimana hal ini diperlihatkan oleh sikap Socrates yang siap untuk mati untuk prinsip ini, dan tidak mau menyelamatkan nyawanya sendiri dari hukuman yang tidak adil dengan melarikan diri dari penjara.
Sementara dalam Hippias Minor, kita malah menemukan hal sebaliknya dimana plato menggambarkan Socrates yang berdebat untuk paradoks yang lebih sesat yaitu bahwa setiap orang yang melakukan tidak adil dan tidak terhormat secara sukarela adalah orang yang lebih baik daripada orang yang melakukan tindakan tidak adil dan tidak terhormat secara tidak sengaja.
Hal ini membuat beberapa pemikir dan sarjana sedikit tidak yakin dan kemudian bertanya – tanya sebenarnya apa poin yang coba plato coba gambarkan mengenai keyakinan Socrates.
Ada yang berpendapat bahwa sebenarnya hal tersebut merupakan cara tidak langsung yang digunakan Socrates untuk memancing keotentikan tiap – tiap orang yang pada dasarnya menyadari bahwa tidak ada satupun orang yang ingin melakukan ketidak adilan dan melakukan tindakan yang tidak terhormat secara sengaja dan sukarela.
Dalam Dialog Ion,Plato mencoba mengembangkan pemikiran Socrates dari sisi yang lain yakni pengetahuan.
Plato mencoba bergerak dalam pertengkaran antara filsafat dengan puisi/syair yang didramatisir melalui perselisihan antara Socrates dengan para penyair.
Plato mengkritik dan menolak klaim dimana puisi/syair dianggap sebagai semacam pengetahuan.
Dengan demikian kritik plato ini ditujukan kepada tradisi tradisional Yunani kuno yang menganggap para penyair sebagai seseorang yang bijak dan menjadi sumber kebijaksanaan.
Ia mengemukakan prinsip epistemologi yang sangat penting dimana plato mencoba memetakan hubungan antara seni dan objek,menurutnya seni yang sama akan tahu materi subjek yang sama,sebaliknya apabila seni adalah berbeda, akan tahu subjek yang berbeda.
Meskipun prinsip bermasalah dalam beberapa pengaplikasian,prinsip ini tetap menggambarkan bagaimana pemikiran fundamental realisme plato pada epistemologi,dimana kebenaran didalam kognisi hanya dapat mencerminkan kenyataan pada objek yang dikenal saja.
Apa yang benar-benar benar-benar dapat diketahui dan apa yang tidak dalam setiap hal adalah tidak dapat diketahui dalam segala hal.

Definisi dan Aporia

Pada pandangan tradisional, terdapat empat dialog yakni Laches,Charmides,Euthyphro,dan Protagoras yang menyediakan sesuatu seperti potret filosofis sejarah Socrates seperti topik kebajikan moral,mencari definisi kebajikan, Mengidentifikasi kebajikan sebagai semacam pengetahuan, dan menyangkal realitas akrasia.
Dalam dialog Protagoras,kita akan menemukan sesuatu yang sama sekali baru,kebajikan dapat diidentifikasi lagi melalui beberapa jenis pengetahuan.
Sementara upaya mencapai definisi dalam dialog Laches,Charmides,Euthyphro,dan Meno terlihat memiliki kualitas sistematis dan berorientasi epistemik sangat jelas pada platonis.
Kemampuan pengajaran kebajikan adalah topik yang terus diperdebatkan dalam dialog Protagoras dan Meno,kemudian diperluas kembali Dialog Laches pada hal – hal yang lebih khusus yang menyangkut keberanian.
Klaim Kemampuan pengajaran tampaknya berdiri atau jatuh dengan konsepsi kebajikan sebagai pengetahuan.
Didalam kedua dialog Protagoras dan Meno terlihat bahwa Kebajikan dapat diajarkan hanya jika kebajikan adalah jenis pengetahuan.
Dialog – dialog ini mencoba mengarahkan kita kepada teori pengetahuan melalui dua jalan yakni  pertama melalui sugesti bahwa suatu hal adalah kebajikan dan upaya mencapai definisi akan suatu hal sehingga definisi tersebut menjadi semacam pengetahuan dengan sendirinya.
Dan Kedua,klaim bahwa pengetahuan seperti itu bergantung pada pengetahuan kita mengenai esensi.
Didalam Laches sangat jelas menggambarkan bahwa apabila kita mengetahui apa itu kebajikan,maka kita harus dapat mengatakan apa itu.
Sementara apabila kita tidak dapat mengetahuinya,maka dalam dialog Meno dijelaskan bahwa dalam prinsip umum prioritas definisi,seseorang tidak bisa mengetahui apapun mengenai sesuatu,kecuali hanya yang tahu apa sesuatu itu.
Dalam Euthyphro,gagasan mengenai esensi adalah apa itu ‘X’ yang dapat diartikulasikan dengan lengkap sebagai suatu objek untuk ditangkap kedalam sebuah definisi.
Untuk mengatakan suatu definisi,suatu hal harus memiliki beberapa karakteristik yang sama secara umum hingga khusus bahkan harus sama.
Suatu penjelasan diperlukan dalam kondisi yang cukup maupun tidak cukup agar dapat mendefinisikan suatu hal.
Bagi Plato,Socrates berupaya menemukan karakteristik – karakteristik yang ada pada tiap – tiap tindakan yang saleh,dengan harapan apabila karakteristik- karakteristik saleh ini didapat maka ia dapat dengan mudah menggunakannya sebagai suatu model atau paradigma.
Sehingga model atau paradigma tersebut dapat ia gunakan untuk menggolongkan tindakan – tindakan kedalam golongan tindakan saleh dan yang tidak saleh.

Dialog Transisional

Dialog Lysis,Euthydemus,dan Meno merupakan tiga dialog yang menyinggung permasalahan epistemologi dan metafisika,walaupun tanpa perumusan yang pasti apa yang akan menjadi teori standar Phaedo dan Republic.
Maka dari itu ketiga dialog tersebut sering disebut sebagai Dialog Transisional,yang dianggap mencerminkan keraguan Plato sendiri.
Pertanyaan – pertanyaan mengenai pendidikan secara implisit diangkat oleh latar dalam setiap kasus, dan  kemudian dibahas panjang lebar dalam Euthydemus dan Meno.
Selain dari sastra dan tema umum pendidikan, dalam hal lain ketiga dialog transisional plato ini sangat berbeda dari satu sama lain.
Dialog Lysis berkaitan dengan topik persahabatan dan cinta, yang paling mencolok adalah konsep final mengenai objek cinta yang diinginkan demi segala sesuatu yang lain yang dicintai.
Lysis berupaya menjelaskan mengapa ada sesuatu yang disayang dan diinginkan,Plato menggambarkan Socrates yang berupaya menunjukkan bahwa satu hal yang disayang demi hal yang lain misalnya dokter yang diinginkan demi kesehatan pasien. 
Namun bagi Socrates hal tersebut terus menerus dapat ditarik mundur tanpa batas waktu,sehingga Socrates menyarankan lebih baik kita harus menyerah untuk datang kepada titik terakhir,karena pada akhirnya kita hanya akan berupaya untuk merujuk pada yang utama dan bukan beberapa rasa sayang yang lain.
Demi apa kita mengatakan bahwa semua hal lain adalah rasa sayang,padahal kita mengetahui apa yang benar – benar kita sayang untuk membuat kita bahagia.
Bahwa kebahagiaan adalah kebaikan tertinggi yang digunakan untuk kepentingan yang segala sesuatu yang lain yang baik.
Maka dari itu Dialog Lysis digunakan sebagai referensi kebahagiaan bagi para sarjana.
Sementara dalam dialog Euthydemus berisi mengenai satir plato terhadap dua sophist Euthydemus dan Dionysodorus yang mengaku mengajarkan kebajikan melalui metode pintas,dan seni yang mereka tampilkan kepada murid – muridnya adalah seni membingungkan dengan serangkaian cepat argumen – argumen.
Menurut plato seni tersebut sungguh tidak bermoral yang dirancang, sebaliknya Socrates berpendapat bahwa kebijaksanaan adalah satu-satunya baik, ketidaktahuan satu-satunya jahat, dan karenanya bahwa dalam rangka untuk menikmati kebahagiaan dan kehidupan yang baik seseorang harus mengejar kebijaksanaan dan pengetahuan.

Meno dan Ingatan

Dialog Meno memperkenalkan doktrin mengenai ingatan,yang memainkan peranan penting dalam mendasari dua dialog setelahnya yakni Phaedo dan Phaedrus.
Doktrin ini mengemukakan bahwa dalam pikiran manusia terdapat sesuatu yang memiliki kecenderungan dalam memahami sifat – sifat realitas,dalam artian yang lain kebenaran dari “beings” adalah selamanya dalam jiwa manusia.
Bentuk supranatural dari doktrin tampak memiliki hubungan doktrin tramisgrasi Pythagoras yang menyiratkan keberadaan sebelumnya untuk jiwa manusia.
Doktrin ingatan ini diperkenalkan dalam menanggapi paradox meno mengenai belajar sesuatu yang baru atau mencari untuk sesuatu yang tidak kita ketahui.
Meno pada gilirannya menanggapi prinsip prioritas definisi yang mengklaim bahwa kita tidak bisa tahu apa – apa mengenai ‘X’ kecuali kita mengetahui apa itu ‘X’ , Doktrin ini menanggapi dengan mengemukakan bahwa sebenarnya apa yang kita pelajari selama ini bukanlah hal yang baru sehingga kita hanya perlu diingatkan kembali atau kita hanya perlu mengingat kembali.

Teori Eros

Cinta adalah topik utama dalam tiga dialog Platonik (Lysis,Symposium,dan Phaedrus).
Selain itu cinta juga memainkan peranan penting dalam psikologi moral Phaedo dan Republic.
Hal ini ditunjukan plato secara simbolis saat ia secara etimologis membaca Philo & Sophia sebagai cinta kebijaksanaan.
Dalam Republic,semua tiga bagian jiwa ditandai sebagai bentuk cinta yang berbeda – beda antara lain : Keinginan untuk belajar,Keinginan untuk kehormatan,dan keinginan untuk kesenangan dan kekayaan.
Sementara bagi rasional objek keinginannya adalah Keinginan untuk mengetahui kebenaran.
Namun Teori Eros ini telah dikritik karena mendevaluasi  Cinta bagi seorang individu orang yang mendukung cinta untuk prinsip abstrak seperti bentuk.
Padahal fokus plato adalah cinta yang interpersonal akan lebih baik apabila diilustrasikan dengan perlakuan persahabatan.
Pentingnya filosofis Eros untuk Plato sendiri tidak terletak dalam perannya sebagai hubungan antara orang-orang melainkan dalam fungsinya sebagai energi yang mendorong kita untuk mengejar apa yang kita ambil untuk menjadi baik (atau baik-dan-indah) dan karenanya, ketika benar tercerahkan, untuk mengejar baik itu sendiri.
Benar diarahkan, Eros adalah Philo-Sophia yakni gairah untuk kebijaksanaan,dan Hanya kebijaksanaan lah yang dapat mengenali sifat benar dan baik.

Kebajikan dan Pengetahuan

Konsep mengenai kebajikan sebagai bentuk pengetahuan terlihat diwakili dalam sejumlah dialog.
Terlihat upaya mengabaikan atau penolakan emosi irasional yang paling ekstrim di protagoras, di mana Socrates menafsirkan akrasia sebagai kesalahan dalam mengukur kenikmatan masa depan.
Beberapa kata – kata dalam Dialog gorgias dan Meno tersirat untuk menyarankan bahwa setiap orang menginginkan hal yang baik dan karenanya bahwa kebajikan hanya terdiri dalam pengetahuan tentang baik dan buruk, yaitu dalam kemampuan untuk memilih tujuan dari tindakan dengan benar.

Pembangunan Politik dan Hukum

Dalam Republic,Esensi Kota dipahami sebagai organisme besar,dan jiwa dipahami sama seperti komunitas kecil.
Tujuan politik Plato adalah kebaikan terbesar untuk kota dimana antar warga dapat berbagi satu sama lain kegembiraan dan kesedihan yang dialami satu sama lain,dengan mengilustrasikan warga sebagai bagian – bagian tubuh manusia yang membentuk satu kesatuan,dimana apabila salah satu bagian tubuh mengalami penderitaan maka seluruh tubuh akan menderita juga.
Tapi kesatuan organik ini dapat dicapai hanya atas dasar fungsional pembagian kerja antara tiga kelas sosial.
Justru, definisi politik keadilan dalam hal masing-masing kelompok adalah melakukan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja awal.
Menurut Plato,masyarakat pada awalnya muncul dari saling membutuhkan antar individu satu sama lain baik dalam memproduksi makanan,membangun rumah,membuat pakaian dan lainnya oleh karena itu terciptalah prinsip dasar spesialisasi dimana setiap orang memiliki satu pekerjaan agar bisa saling memenuhi dalam suatu masyarakat.
Alih-alih teori kontrak sosial, di mana masyarakat sipil dipahami sebagai artefak yang dirancang untuk membawa orang keluar dari keadaan alam.
Sebaliknya Plato mengklaim hal tersebut adalah untuk menemukan dasar alami dalam kehidupan sosial dimana terjadi timbal balik kebutuhan dan keuntungan dari Kerjasama antar individu.
Ia melihat manusia sebagai sosok yang ramah dan kooperatif terhadap alam sekitarnya.
Kecendrungan politik yang dikhawatirkan oleh Marx mengenai penindasan borjuis terhadap pekerja juga akan dihindarkan.
Karena Kota dalam bayangan plato adalah kondisi dimana kelas penguasa tidak akan mempunyai property pribadi,kemudian tidak ada uang,dan juga tidak ada keluarga/kelompok tertentu yang menghasilkan kebijakan – kebijakan yang egois.
Kebutuhan penguasa akan diberikan oleh para petani dan pengrajin, yang satu-satunya memiliki barang-barang pribadi dan kekayaan.
Jadi bagi plato kota yang ideal adalah kota yang mampu secara radikal memisahkan kekuatan ekonomi dari kekuatan politik.
Mengenai hukum, Pada pandangan pertam  posisi hukum terlihat bertentangan, karena di sini Plato memberikan argumen filosofis pertama dalam mendukung prinsip bahwa sebuah kota harus diperintah oleh undang-undang daripada oleh laki-laki, dan bahwa penguasa manusia harus menjadi hamba-hamba hukum.
Tetapi apabila kita melihat dua teks kemudian yang tidak begitu jauh terpisah,terlihat karena sosok penguasa yang maha tahu sekaligus negarawan tidak bisa kita temui pada kalangan masyarakat maka dari itu manusia lah yang harus mematuhi hukum/konstitusi yang terbaik.
Walaupun tidak dapat dipungkiri pergeseran pemikiran plato yang mendukung aturan hukum,plato masih merindukan sosok otoritas penguasa yang benar – benar bijaksana.
Maka dari itu ia menyadari sifat manusia yang pada dasarnya lemah untuk dapat menanggung kekuasaan yang tak terbatas sehingga bisa benar – benar merusak apabila dipaksakan.
Tetapi jika sosok penguasa bijaka seperti itu dapat ditemukan, maka tidaklah perlu masyarakat atau penguasa yang dikendalikan oleh hukum/undang – undang.

Retorika dan Dialektika

Retorika adalah seni berbicara didepan publik yang dikembangkan oleh kaum sophist yang kemudian menjadi salah satu instrument yang sangat kuat dalam sebuah kepemimpinan politik.
Retorika menjadi salah satu topik dialog yang sangat penting dalam dialog Gorgias dan Phaedrus dan beberapa juga tersirat dalam dialog Protagoras.
Terlihat adanya perselisihan antara Socrates dan Protagoras yang berusaha digambarkan oleh plato yang terlihat dari dua metode yang dikembangkan oleh keduanya dalam memenangkan sebuah argumen.
Pada Dialog Gorgias terlihat kontras perbedaannya pada nilai – nilainya.
Plato menggambarkan retorika yang digunakan oleh Protagoras bertujuan untuk kekayaan dan kekuasaan dengan berusaha membujuk mayoritas,sedangkan Dialektika Socrates bertujuan untuk mencapai kebajikan dan pengetahuan dan metodologi yang Socrates rancang hanyalah untuk mendapatkan kesepakatan antar lawan bicaranya.
Dalam dialog Gorgias,diperlihatkan Socrates sebagai sosok yang merujuk metode yang ia gunakan sebagai seni percakapan,yang dimaksudkan untuk membebaskan lawan bicaranya dari kepalsuan,ilusi dan kesombongan pengetahuan sehingga membuka peluang kepada lawan bicaranya untuk kembali belajar.
Kemudian dalam Republic, Plato akan mengubah dialektika sebagai seni Bertanya and Menjawab sehingga terlihat jauh lebih ambisius dan metodenya yang lebih konstruktif.

Estetika dan Pendidikan

Plato melihat semua jenis seni memainkan peran penting dalam pendidikan,tetapi saat itu hanya puisi yang menjadi pusat perhatian hal ini dikarenakan pengaruh mendasar Homer dan seni tragedi dalam kehidupan moral Yunani.
platonic,plato merupakan seorang filsuf yang berasal dari,plato korat,platogrix,plato korat merupakan dataran tinggi yang berada di,platoon,plato adalah dataran,platonis adalah,plato adalah,plato dekkan merupakan salah satu kawasan dataran tinggi yang terdapat di negara,plato kimberly,plato korat berada di negara,plato atlantis,plato australia,plato artinya,plato adalah seorang,plato aristoteles,plato adalah 
Plato menganggap pengaruh mereka pada dasarnya ganas, karena menghilangkan tema – tema pendidikan.
Mengikuti Xenophanes dan lainnya,Plato juga mengkritik Homer yang menggambarkan para dewa yang melakukan tindakan – tindakan yang tidak bermoral.
Ia juga menyerang para penyair puisi karena melakukan seni meniru yang ia anggap menghapus kebenaran.
Oleh karena itu menurut Plato penyair harus dilarang di kota, dan hanya diperbolehkan masuk kembali apabila pengaruh mereka dapat dibenarkan secara moral.
Karena menurutnya pada saat yang sama lingkungan estetika diakuinya dapat mengontrol dan menentukan untuk pengembangan kebajikan pada individu.
Ini termasuk seni visual, tapi puisi dan musik terlihat lebih mempengaruhi dikarenakan adanya irama dan harmoni yang lebih dari apa pun diyakini dapat menembus jauh ke dalam jiwa.
Bagi Plato terdapat hubungan erat antara Keindahan dan Kebaikan,maka dari itu tiap – tiap individu harus dikelilingi oleh keindahan dalam segala bentuknya, sehingga kemudian, ketika prinsip-prinsip moral disajikan kepada mereka dalam pengajaran rasional,mereka akan mengenali ini sebagai sesuatu yang sudah akrab dan menyenangkan.

Doktrin Bentuk/Idea dan Kritik Terhadap Parmenides?

Pusat dari pemikiran Platonik sendiri adalah metafisik mengenai Doktrin Bentuk atau Idea yang disajikan dalam beberapa dialog seperti Symposium,Phaedo,Republic,Cratylus,Phaedrus,dan Parmenides.
Istilah “idea” adalah transliterasi ide, salah satu istilah plato’s untuk bentuk,yang dimaksudkan untuk menjadi realitas pikiran-independen.
Dialog – dialog ini memperkenalkan konsep Keabadian,sebagai “Being” yang tidak berubah yang kemudian menjadi objek yang dikejar oleh rasional.
Plato tampak mengambil alih pemikiran Parmenides mengenai “Being” yang awalnya perubahan alam hanya dapat ditangkap oleh indra namun oleh plato dianggap bahwa sebenarnya realitas tidak pernah berubah dan hanya dapat diakses oleh pikiran atau rasional.
Perbedaan antara konsep Plato dan Parmenides dalam hal ini tampak dari dua hal yakni menurut plato “Being” itu ada dalam bentuk jamak dan sesuai dengan pluralitas bentuk sedangkan menurut Parmenides ,“Being” adalah satu yang unik yang kemudian dialokasikan menjadi ukuran – ukuran dalam sebuah realitas.
Konsep metafisik dalam teori ini diasumsikan oleh seluruh argumen Phaedo yang paling ringkas yang kemudian dirumuskan dalam deskripsi final diotima mengenai cinta seperti yang dilaporkan oleh Socrates dalam Symposium.
Implikasi praktis yang kuat ini dari teori bentuk mencerminkan asal-usulnya di konsepsi filsafat Socrates sebagai bentuk kehidupan  dan keprihatinannnya dengan mendefinisikan kebajikan sebagai tanda kehidupan yang baik.
Karakter unik plato’s metafisika terletak  pada konsep realitas yang tidak berubah selamanya, ditambah sumbangan pemikiran Socrates untuk mengejar apa yang membuat kehidupan manusia layak hidup.
Dengan demikian fokus asli teori ini tidak terletak pada masalah makna untuk kata-kata atau konsep umum namun secara khusus pada apa yang kita dapat mengidentifikasinya sebagai persyaratan nilai – nilai.

Karya Plato

  • Apology
  • Charmides
  • Crito
  • Cratylus
  • Euthydemus
  • Euthyphro
  • Gorgias
  • Hippias Major
  • Hippias Minor
  • Ion
  • Laches
  • Lysis
  • Menexenus
  • Meno
  • Phaedo
  • Protagoras
  • Symposium
  • Republic
  • Phaedrus
  • Parmenides
  • Theaetetus
  • Sophist-Statesman
  • Philebus
  • Timaeus-Critias
  • Laws

Rekomendasi Video Plato

Baca Juga:  Léon Brunschvicg : Biografi dan Pemikiran Filsafat